Skip to main content

Proyek Kota dalam Teater 2024

Proyek Kota dalam Teater 2024 (KdT) atau City in Theatre project menyoal pangan dalam perspektif budaya Suku Bugis dan Suku Makassar dan disajikan dalam pertunjukan Benam Benih: Perjalanan Silam dan Hidup.

Benam Benih: Perjalanan Silam dan Hidup serupa perjalanan mengimajinasikan tradisi melalui penciptaan pertunjukan dalam karya Kala Teater untuk Indonesia Bertutur 2024. Perjalanan yang mengupayakan peniadaan jarak antara kita hari ini dan kearifan yang lahir dari bumi yang dipijak. Tak hanya meliputi isu-isu sosial dan kemaslahatan manusia, pun dalam pengkaryaan, perjalanan ini berusaha menemukan penuturan baru dalam pertunjukan teater. 

Bertolak dari ritual Maddoja Bine yang berarti berjaga semalam suntuk untuk menyiapkan benih padi, Shinta Febriany–sutradara dan penulis naskah Kala Teater–menyusun peristiwa dramatik dengan meminjam tiga bagian dalam ritual tersebut, yaitu pembukaan (pembacaan doa/mantra), pembacaan sure’ atau massure’, dan penutup yang berisi doa keselamatan. 

Tiga bagian yang membawa kita pada ritus penghormatan dan permohonan pada Sangiang Serri untuk merestui proses pengolahan alam sebagai sumber kehidupan (pangan).Benam Benih kemudian muncul dengan komposisi bentuk dan substansi untuk, seolah-olah, membuat kita yang hadir dalam peristiwa ini tengah berjaga–merefleksikan realitas hari ini dengan kearifan yang tersimpan dalam ritual. 

Khususnya melalui tradisi massure’ yang merupakan tradisi lisan tertua dalam masyarakat Bugis, mereka menautkan realitas hari ini melalui kisah yang dituturkan, ulang alik dan nonlinear. Proses penciptaan baru atas tradisi mereka lakukan dengan menemui maestro yang memimpin ritual Maddoja Bine dan sebagai passure’ (orang yang melakukan tradisi massure’) untuk melakukan penciptaan bersama. Pertemuan dengan maestro tradisi massure’, I Tangang, melahirkan perangkat artistik untuk menuturkan sejumlah isu yang mereka himpun. Beberapa di antaranya meliputi kecemasan ekologis, ketahanan pangan, perspektif gender dan kungkungan modernitas yang diolah melalui peristiwa kemunculan Sangiang Serri dan Meong Palo Karellae, strategi visual melalui proyeksi, simbol seperti orang-orangan sawah dan memasukan proses riset sebagai peristiwa artistik.